PEDOMAN.id – Fadjroel Rachman menegaskan bahwa perjuangan pembatasan masa jabatan presiden dua periode sudah dimulai sejak menjadi pemimpin mahasiswa di ITB dan UI. Dari kedua kampus itulah Fadjroel menjadi eksponen reformasi sekaligus korban dari rezim totaliter anti demokrasi Orde Baru.
“Saya dibuang ke Nusakambangan kemudian dijebloskan ke penjara Sukamiskin dimana Bung Karno dipenjarakan Belanda karena melawan rezim kolonial,” ujar Fadjroel dalam keterangan tertulis yang diterima pedoman.id, Kamis (7/4/2022).
Fadjroel menegaskan bahwa dirinya berkawan dengan Pak Jokowi sejak beliau menjabat sebagai Walikota Solo. “Tahun 2012 saya salah satu yang ikut mengajak beliau ikut berpartisipasi dalam pemilihan gubernur DKI karena saya melihat beliau sebagai sosok yang bersih dan memiliki visi besar untuk menuntaskan agenda reformasi. Kemudian saya menjadi tim sukses Jokowi pada pilpres tahun 2014 dan 2019 serta bersedia menjadi Juru Bicara Presiden pada tahun 2019 sampai 2021. Dari pengalaman bekerja sama tersebut, saya merasa sehati dan sejiwa dengan Presiden Jokowi untuk menuntaskan seluruh agenda reformasi 1998.”
Sebelum berangkat ke Kazakhstan untuk menjalankan tugas sebagai duta besar, kata Fadjroel, Presiden Jokowi memanggil dirinya ke Istana Merdeka.
” Dalam pertemuan tersebut, beliau sempat mengulangi lagi apa yang disampaikan ke saya saat awal menjadi Jubir Presiden, bahwa beliau setia pada agenda reformasi, seperti pembatasan masa jabatan presiden dua periode, pemilihan presiden secara langsung, dan kepala daerah dipilih secara langsung. Oleh karena itu, saya yakin Presiden Jokowi tegak lurus reformasi,” ungkapnya.
Sebagai eksponen reformasi 1998, Fadjroel mengapresiasi keputusan tegas Presiden Jokowi di rapat kabinet kemarin. Presiden meminta dengan tegas kepada seluruh menterinya agar berhenti menyuarakan urusan penundaan dan perpanjangan pemilu.
“Keputusan Jokowi tersebut senafas dengan pandangan saya bahwa dua periode harga mati,” tegasnya. (adm/ndr)